Ibu……. Maaf kan aku, buah hati mu, tenangkan tidur panjang mu, jangan pernah menyesal melahirkan ku, aku percaya, aku terlahir dari rahim mu yang begitu suci, aku ingin melihat mu IBU KU, tersenyum seperti pertama melihat terlahir kedunia, bukan …. Ku harap azab ‘mu, karena kemunafikan ku, mempermainkan semua nasehat hati mu.
Ayah…… Izinkan aku untuk menangis di nisan’mu, untuk mengenang kemabali semua masa lalu mu, yang selalu ku buat hidup penuh pertanyaan gila ku, menghakimi kebulatan hatimu , dan konyolnya aku tertawa saat amarahmu memuncak melihat ku tersenyum dengan segala khilaf ku.
Ayah , Ibu……. Maaf kan hanya kata sesal yang kini menggelayuti hati ku , yang dulu tak pernah aku perduli dan percaya, kini menghantui ku, untuk beranjak meninggalkan belanga lumpur nista, yang dulu selalu ku banggakan. Hari itu, Perjalananan ku hampir separuh dari hidupku, ketika bingkai kehidupan tengah aku rajut, untuk menciptakan keindahan cinta, bersama bahtera kehidupan ku, mengarungi samudera takdir mu, untuk sementara terlupa, siapa aku, pencipta ku , bahkan yang melahirkan ku, aku begitu bangga dengan bahtera hasil ciptaan ku, sehingga membuat semua insan terbelalak dengan keangkuhan ku. Masih ku ingat…..!!!!!,
Dinding batera cinta ku buat dari kesetiaan dan kebesaran kasih sayang ku, membuat aku lupa diri bangga dengan keindahan bahtera yang ku ciptakan sendiri, dengan keringat dan sumpah serapahku. Ha ha ha ha……… Semakin ramai bahtera ku, dengan ada penghuni baru mengikuti arung jalan bahtera ku, di tengah lautan biru dusta ku, ada batu karang tak terlihat, ada badai tak pernah menerjang, terus tenang jalan bahtera ku menuju pulau yang ku impi, sampai suatu saat aku semakin bangga dan tergila gila, melupakan semua yang tercipta, bahwa di lautan luas masih ada yang lainnya, bukan hanya bahtera ku sendiri. Aku Masih Tak Perduli.
0 komentar:
Posting Komentar